Sabtu, 08 Januari 2011

Berkurangnya Bangsa Aves Akibat Penggunaan Insektisida DDT

DDT (Dichloro Diphenyl Trichlorethane) meraupakan insektisida anti gulma. Dalam paruh dua Perang Dunia II, DDT telah digunakan dengan dampak yang luar biasa oleh penduduk sipil dan militer untuk mengendalikan penyebaran nyamuk malaria dan kutu transmisi tipus. Swiss chemist Paul Hermann Müller dari Geigy Pharmaceutical dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Physiology Pengobatan di 1948 “untuk penemuan tingginya efisiensi DDT sebagai racun kontak terhadap beberapa arthropods Setelah perang, DDT telah tersedia untuk digunakan sebagai insektisida pertanian, dan segera produksinya dan menggunakan skyrocketed.

Pada tahun 1962, terbitnya buku tentang dampak DDT bagi lingkungan yang dikeluarkan oleh American Biology Rachel Carson "DDT dan pestisida dapat menyebabkan kanker dan pertanian yang mereka gunakan merupakan ancaman bagi satwa liar, terutama burung". DDT kemudian dilarang digunakan untuk pertanian di seluruh dunia di bawah Konvensi Stockholm.
DDT (Dichloro Diphenyl Trichlorethane) adalah insektisida yang mempunyai bahan racun yang sangat persisten dan bisa bertahan lama di dalam lingkungan dan bahkan bisa bertahan 100 tahun lebih. DDT ini sulit untuk di degradasi secara fisik maupun biologis. 

Sifat Kimia dan Fisik DDT
Senyawa DDT terdiri atas beberapa bentuk isomer dari 1,1-trichloro-2,2-bis-(p-chlorophenyl) ethana diproduksi dengan mencampurkan Chloralhydrate dan Chlorobenzene.
(Dichloro Diphenyl Trichlorethane)

DDT ini berupa tepung kristal putih tak berasa dan tak berbau. Daya larutnya sangat tinggi dalam lemak dan sebagian besar pelarut organik, tak larut dalam air, tahan terhadap asam keras dan tahan oksidasi terhasap asam permanganat.
Bahaya Dari Penggunaan DDT bagi Ekosistem
Bahan DDT yang mencemari bahan makanan bagi bangsa Aves ternyata dapat merusak lapisan cangkang telur sehingga cangkang telur akan rusak bila dierami. Dua sifat buruk yang berada dalam DDT sehingga berbahaya bagi ekosistem adalah : 
  1. Sifat apolar-DDT : DDT tak dapat larut dalam air tetapi sangat bisa larut dalam lemak. Dan semakin larut suatu insektisida maka semakin tinggi sifat apolarnya sehingga insektisida tersebut sangat mudah menembus kulit.
  2. Sifat DDT yang stabil dan persisten : DDT bisa bisa bertahan lama dalam lingkungan karena tidak mudah terurai dan bisa masuk ke dalam jaring makanan (DDT bersifat Bioakumulatif dan Biomagnifikatif).
Sifat DDT yang sangat bisa terlarut dalam lemak bisa merusak lapisan cangkang telur sehingga mudah rusak. Dan diduka residu DDT bisa menurunkan kemampuan reproduksi pada manusia dan menyebabkan cacat pada janin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar